Gemalampung.com, Bandar Lampung – Ternyata di Kampung Tua Rajabasa di Jl. Indra Bangsawan tepatnya di kediaman Zulkarnain Kanjeng Paksi Buay Nunyai sebagai penguasa atau Paksi Buay Nunyai Rajabasa, Bandar Lampung.
Terdapat benda bersejarah yakni sebuah patung peninggalan dari nenek moyang Buay Nunyai, Rajabasa.

Patung berbentuk manusia setengah badan yang terbuat dari kayu hitam itu diperkirakan telah ber -umur sekitar 300 tahun dan sekitar tahun 1996 diberikan baju dan kopiah agar sopan dan terkesan islami.

Hal itu di ungkapkan oleh Apun Yeli Subhi Paksi Puncak Marga anak tertua dari Zulkarnain Kanjeng Paksi Buay Nunyai.
Menurut Apun, panggilan untuk pewaris Paksi Buay Nunyai Rajabasa. menurut cerita kakeknya almarhum Abdul Majid Soetan Oelangan. Semasa hidup menceritakan asal usul patung yang di sebut dengan Patung Pepadun buatan dari nenek moyang mereka di Kota Alam, Kotabumi, Lampung Utara yakni Minak Krio Deso.

Bahkan patung pepadun tersebut menurut Apun saat itu diceritakan oleh Almarhum kakeknya,” di buat dengan tangan oleh Minak Kriyo Deso. “Dan di turunkan secara turun temurun kepada keturunan Paksi Buay Nunyai Rajabasa, ujar Apun.

Baca Juga :  Pj Bupati Pesibar Ikuti Vicon Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Cuaca Ekstrim dan Dampak La Nina 2020

Bahkan ada cerita menarik saat patung pepadun itu mau dipindahkan ke Museum Lampung ternyata tidak dapat di angkat oleh orang berlima yang mencoba mengangkatnya.
” Bahkan pernah ada kolektor dari jakarta mau membeli patung pepadun dengan membawa uang dua koper namun kami menolaknya. Bahkan saat itu tambah Apun, terdengar suara petir menggelegar di siang bolong di kampung Rajabasa

Bukan itu saja, lanjut Apun, saat pernikahan dirinya tahun 2005 sebelum akad nikah patung pepadun terlihat bergetar lalu di ikuti gempa lokal di ruangan rumahnya. Di saksikan seluruh tamu,” ujar Apun.

Patung Pepadun bukan untuk disembah atau hal hal musyrik lainnya melainkan merupakan warisan dari turun temurun yang wajib di pelihara dan dijaga oleh para keturunannya, tandas Apun.

Menurut Apun, nenek moyang mereka asalnya dari Kota Alam, Kotabumi merupakan keturunan Minak Kriyo Deso yang kuburan keramat nya ada di Kota Alam Kota Bumi.
Buyutnya bernama Haji Sulaiman seorang pejuang dari Kota Bumi menetap di Rajabasa. Buyut saya almarhum Haji Sulaiman meninggal di daerah Lingsuh Rajabasa di tembak oleh belanda. Mayatnya ditemukan di pinggir sungai.

Baca Juga :  Wabup Pringsewu Buka Workshop Keterbukaan Informasi Pembangunan Desa

Adapun silsilah keturunan Haji Sulaiman di kampung Buay Nunyai Rajabasa adalah :
Haji Sulaiman dari istri yang pertama bernama Baedah mempunyai 2 anak laki laki yang bernama Abdul Majid Soetan Oelangan dan Bakri.

Abdul Majid Soetan Oelangan mempunyai 1 anak laki laki yakni Zulkarnain Kanjeng Paksi Buay Nunyai menikah dengan Dewi Halimah dan mempunyai 2 anak laki laki bernama Apun Yeli Subhi Paksi Puncak Marga dan Muhamad Robi Tuan Puseran Agung.

Adik Abdul Majid Soetan Oelanngan bernama Bakri mempunyai dua anak laki laki masing masing Muslim dan Mukti.
Dari istri ke 2 perempuan asal Menes, Banten Abdul Majid Soetan Oelangan mempunyai 2 orang anak laki laki yakni Ahmad Toha dan Haji Ayub.

Apun berharap ada kepedulian dan pembinaan dari pemerintah terhadap peninggalan dan kelestarian budaya nenek moyang. Kami tidak menolak kampung Rajabasa di jadikan kampung adat dan daerah pariwisata. Tapi mohon kami di bina dan dibantu oleh pemerintah, akhir Apun.**(Red)

 7,337 total views,  4 views today

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here