Gemalampung.com, Bandar Lampung – Usianya sudah tak muda lagi, namun tak menyurutkan niatnya dalam menekuni hobi melukisnya. Suyitno (77) sudah banyak menghasilkan lukisan wajah pejabat Lampung.
terdengar berat. Beberapa hari belakangan, ayah lima anak ini mengaku kurang enak badan. Meski begitu, Suyitno tetap bersedia membagikan kisahnya kepada Radar Lampung kemarin (27/4). Sesekali suaranya lirih terdengar, namun tawanya masih renyah kala mengenang masa lalu.
Suyitno yang lahir di Cepu, Jawa Tengah, pada 9 Januari 1949, ini awal mulanya justru bekerja sebagai penjual kayu gelondongan dari Cepu menuju daerah-daerah lain di Jawa. Belum terpikir untuk menjadi seorang pelukis seperti saat ini.
’’Tetapi kemudian usaha begitu (menjual kayu, Red) tidak begitu bagus. Akhirnya bapak putuskan ke Jakarta, itu sekitar tahun 1969-1973,” ujarnya.
Begitu sampai di Jakarta, kata dia, Suyitno juga belum tahu harus mengerjakan apa. Lantas dirinya melewati sebuah pusat perbelanjaan. Di sebuah toko, Suyitno melihat beberapa lukisan terpajang apik di dalamnya. ”Dari sana timbul ingin saya untuk melukis,” katanya.
Suyitno sendiri mengaku, sudah sejak duduk di bangku SMP, dirinya memang gemar menggambar. Namun, karyanya tersebut baru sebatas gambar biasa yang digoreskan di kertas dan berwarna hitam putih. Dia sendiri, belum pernah benar-benar belajar melukis di kanvas dengan cat minyak layaknya seorang pelukis.
”Jadi waktu itu saya pingin coba belajar melukis, sendiri. Saya lihat toko yang ada lukisannya, saya fikir di sana juga jual alat-alat lukis. Tapi ternyata tidak ada,” kekehnya.
Tidak pantang menyerah, Suyitno juga tidak sungkan bertanya pada si pemilik toko. Beruntung, pria pemilik toko tersebut bersedia membagi informasi kepada Suyitno. ”Dia bilang ke saya, ‘bapak pelukis ya? Nanti, kalau lukisanya sudah jadi dititip di sini saja’. Saya kemudian tertawa, lah saya kan baru mau belajar,” ujarnya diselingi tawa.
Setelah berhasil mendapatkan perlengkapan lukis yang diinginkannya, Suyitno segera memulai lukisannya yang pertama. Kala itu, dirinya hanya bisa membeli cat minyak paling murah seharga Rp3. Berbekal itu, ia melahirkan karya pertama yakni melukis wajah seorang gadis Bali.
”Tapi waktu itu lukisannya masih kaku, karena baru belajar. Saya pilih gadis Bali, karena gadis bali itu terkenal dengan kecantikannya. Tariannya juga indah,” ucapnya.
Penulis : Dedi
Sumber : Radar Lampung
3,578 total views, 2 views today