Bandar Lampung – Dua siswa MAN 1 Bandar Lampung, Zulfa Auliya Rahmah dan Muhammad Fazlee Mawla, berhasil melahirkan sebuah karya sastra yang tak biasa, novel berjudul Satu Raga Satu Bunga.
Karya setebal lebih dari 470 halaman ini lahir dari tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, namun berkembang menjadi sebuah kisah penuh makna tentang logika, rasa, dan arti sebuah pertemuan.
Novel ini mengisahkan perjalanan dua remaja, Adiwidia Nuraga dan Ayara Roseanna atau Rose. Keduanya dipertemukan secara tak sengaja di dalam kereta. Dari obrolan sederhana yang dipicu sebuah berita di layar, tercipta percakapan penuh logika dan perasaan yang justru menyatukan dua karakter berbeda.
Adiwidia Nuraga digambarkan sebagai sosok rasional, logis, dan sulit dipahami. Sebaliknya, Rose hadir dengan kepekaan serta sudut pandang yang mampu menyeimbangkan cara pikir Raga. Pertemuan inilah yang menjadi awal kisah penuh dinamika, romansa, hingga konflik yang menegangkan.
Melalui 23 bab, penulis mengajak pembaca menyelami pergulatan batin antara logika dan rasa, sekaligus menyuguhkan pesan tentang pentingnya memahami orang lain dari sudut pandang berbeda. Tak sekadar kisah cinta remaja, novel ini juga sarat makna tentang persahabatan, perbedaan, serta keyakinan bahwa setiap pertemuan membawa arti.
“Butuh waktu setahun penuh untuk menuntaskan novel ini. Prosesnya penuh diskusi, perjuangan, dan tentu saja kreativitas,” ungkap Zulfa dan Fazlee saat menceritakan perjalanan mereka merampungkan karya kolaborasi tersebut.
Dengan alur yang mengalir, penuh kejutan, sekaligus menyentuh hati, Satu Raga Satu Bunga menjadi bukti bahwa karya besar bisa lahir dari ruang kelas, dan setiap generasi muda punya kesempatan untuk menorehkan jejaknya lewat tulisan.(Redaksi)