Pringsewu – Isu dugaan pemotongan dana Program Indonesia Pintar (PIP) di SMAN 1 Adiluwih, Kabupaten Pringsewu, mulai menuai perhatian publik.
Setelah sempat bungkam, Kepala SMAN 1 Adiluwih, Bayu Fitrianto Agusta, akhirnya memberikan klarifikasi melalui pesan singkat berbentuk file PDF yang dikirim via WhatsApp, Selasa (5/8/2025), beberapa hari setelah awak media mengajukan permohonan konfirmasi secara resmi.
Dalam pernyataannya, Bayu membantah keras semua tuduhan yang menyebut pihak sekolah telah memotong dana bantuan PIP milik siswa.
“Tidak benar. SMAN 1 Adiluwih tidak pernah melakukan pemotongan dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP). Dana PIP adalah hak penuh siswa dan disalurkan langsung ke rekening penerima,” tegas Bayu.
Menurut Bayu, peran sekolah terbatas pada proses verifikasi dan pengusulan calon penerima, bukan pada pencairan atau pengelolaan dana. Ia juga membantah isu bahwa dana PIP digunakan untuk membayar iuran komite.
“Dana PIP tidak boleh dan tidak pernah digunakan untuk membayar iuran Komite atau kebutuhan di luar ketentuan program. Dana tersebut bersifat pribadi untuk siswa dan digunakan sesuai kebutuhan pendidikan siswa,” ujarnya.
Kesaksian Siswa: “Uang Saya Dipotong Rp1 Juta”
Namun, pernyataan pihak sekolah bertolak belakang dengan kesaksian seorang siswa penerima PIP yang diwawancarai oleh media ini. Demi alasan keamanan, identitas siswa tersebut disembunyikan.
“Saya dapat bantuan PIP Rp1.800.000, tapi dipotong Rp1.000.000 untuk bayar sumbangan komite,” ungkapnya, Sabtu (2/8/2025).
Ia menjelaskan bahwa pencairan dilakukan di Bank BNI Cabang Pringsewu dengan pendampingan dari tiga orang guru. Namun, seusai mencairkan dana, uang dan buku tabungan langsung diambil alih oleh guru bernama Temu Riyadi.
“Begitu keluar dari bank, buku rekening dan uang langsung diambil Pak Temu Riyadi. Lalu setelah ke sekolah, langsung dipotong untuk komite,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pemotongan tersebut tidak bersifat seragam. Ada siswa yang hanya menyisakan Rp200 ribu dari total dana yang diterima.
“Bervariasi. Ada yang dipotong lebih dari Rp1 juta, ada yang sisanya cuma Rp200 ribu. Dan buku rekening kami ditahan sampai sekarang,” katanya lagi.
Penahanan Buku Tabungan? Ini Respons Kepala Sekolah
Menjawab isu penahanan buku tabungan siswa, Bayu Fitrianto kembali menegaskan bahwa hal itu tidak benar.
“Buku tabungan adalah hak siswa. Memang sebelumnya pernah dititipkan sementara untuk kebutuhan pelaporan Sipintar, tetapi sekarang tidak lagi dikumpulkan,” jelasnya.
Namun, pernyataan ini juga dibantah secara tak langsung oleh kesaksian siswa yang mengaku belum menerima kembali buku tabungannya hingga saat ini.
Orang Tua Merasa Keberatan
Sejumlah wali murid juga menyuarakan keberatannya atas dugaan pemotongan dana tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak sekolah.
“Gak ada pemberitahuan dari pihak sekolah, tahu-tahu dipotong. Keberatan lah mas,” ujar salah satu wali murid dengan nada kesal. (*)