Herlambang Sukendar : Sebanyak 105 Pasien HIV AIDS sedang Jalani Pengobatan dan Terskrining di RSUD Pringsewu

BERITA TERKINI LAMPUNG Pringsewu

[su_animate][su_animate][su_animate][su_animate][su_label type=”important”]Gemalampung.com | Fakta,Akurat Dan Terpercaya[/su_label][/su_animate]

PRINGSEWU | Jumlah pasien HIV AIDS di Kabupaten Pringsewu yang sedang menjalani pengobatan dan terskrining sebanyak 105 pasien.

Demikian dikatakan oleh Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, Herlambang Sukendar, S.KM., kepada gemalampung.com, Kamis (14/11/2019).

“Sebanyak 65 pasien dari Kabupaten Pringsewu, 10 pasien dari Pesawaran, 22 pasien dari Tanggamus, 1 pasien dari Lamsel, 1 pasien Krui, dan 6 pasien Lam Tengah. Saat ini, kesemuanya menjalani pengobatan di layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) RSUD Kabupaten Pringsewu yang layanannya di beri nama Klinik Bambu Asih RSUD Pringsewu,” jelas Herlambang.

Dengan rincian pasien yang diobati di Klinik Bambu Asih RSUD Pringsewu, faktor resikonya adalah 54 LSL (laki-laki sesama laki-laki), waria 1 orang, WPS (wanita pekerja seksual) 12 orang, pelanggan WPS 5 orang dan penasun (pengguna narkoba dan jarum suntik) 3 orang.

Dijelaskan oleh Herlambang, kasus HIV AIDS yang ada di Kabupaten Pringsewu, sebagian besar faktor resiko yang terjadi pada pasien yang sudah pengobatan itu adalah 54 dari pasien yang diobati rata-rata sebabnya karena perilaku seksual yang menyimpang.

“Artinya seksual di luar jalur, dari 54 setelah kami konseling hasilnya dia melakukan hubungan seksual sesama jenis yaitu laki-laki dengan laki-laki. Kemudian yang kedua adalah pasangan dengan resiko tinggi. Jadi pasangannya sudah mengidap HIV, dan dia tertular karena pasangannya yang punya penyakit. Selanjutnya yang ketiga yaitu wanita pekerja seksual (WPS) dan pelanggan WPS. Setelahnya adalah narkoba dan jarum suntik (penasun) dan waria,” bebernya.

Pengobatan di klinik PDP melakukan pengobatan perawatan serta dukungan untuk keberlangsungan pengobatan supaya nantinya tidak lost follow up (tidak putus minum obat).

“Tapi pada umumnya pengobatan setiap orang bisa berbeda, tapi anti viralnya sama. Sesuai dengan gejala dan keluhannya, karena HIV AIDS ini sebagai pintu gerbang masuknya penyakit-penyakit lain yang banyak,” lanjutnya.

Dikatakan Herlambang, kalau sudah kena HIV AIDS, imun pasti turun, dan dalam ambang habis. Semua penyakit, kuman, jamur bisa mudah masuk, sehingga terjadi infeksi-infeksi oportunitis diluar HIV itu sendiri. Tapi secara general penanganan virus itu pakai ARV dan sistem profilaksis (mencegah TB dan ll) dengan obat-obat khusus.

PDP ada program semacam dukungan, baik itu mensupport pasien itu supaya berlangsung pengobatan secara kontinyu (tidak putus). Dan PDP pernah mengadakan pertemuan dengan pasien HIV AIDS untuk memperkuat komitmen agar mereka tidak putus obat. Karena penting bagi mereka harus terpapar obat seumur hidup.

“Tatkala orang HIV AIDS ini meminum obat secara teratur, imun akan meningkat, sehingga nanti saat dikonsultasikan saat adanya virus atau tidak dalam tubuhnya, mereka nantinya bisa hidup normal seperti orang lainnya. Tetapi misalkan kondisinya baik, dan dia mengabaikan pengobatan, posisi viral loudnya bisa terdetect lagi, imun bisa turun, CD4 nya bisa turun, virus bertambah dan kembali ke awal lagi,” paparnya.

Kabupaten Pringsewu mempunyai target untuk menemukan penderita ODHA (orang dengan HIV AIDS) di tahun 2019 sampai dengan 172 kasus target.

“Tapi memang tantangan itu sulit, karena ODHA itu awalnya tidak timbul gejala, dia merasa sehat seperti biasanya, dan rentang waktunya bisa 5-10 tahun baru timbul gejala. Gejala awal untuk HIV AIDS itu ga muncul. Tapi dia terinfeksi, dan ini menjadi tantangan kita untuk mengampu supaya target cakupan di Kabupaten Pringsewu bisa tercapai. Kami juga sudah bekerjasama keseluruh pihak pelayanan untuk berupaya memetakan faktor resiko yang ada di wilayah masing-masing supaya ini menjadi target sasaran skrining dan target sasaran HIV AIDS ini bisa tercapai,”ungkapnya.

Kedepannya, ia menghimbau untuk masyarakat Kabupaten Pringsewu, terkait dengan HIV AIDS, untuk seluruh masyarakat jangan ada stigma buruk lagi tentang HIV AIDS, artinya ada komitmen untuk sama-sama bergerak untuk menjauhi penyakitnya, jangan jauhi orangnya. Karena ODHA ini butuh dukungan dari kita semua.

Kedua, terkait dengan pencegahan HIV AIDS di masyarakat karena kebanyakan faktor resiko yang terjadi di era sekarang adalah perilaku seksual yang menyimpang.
“Oleh karena itu saya menghimbau untuk menerapkan ABC (Absen, Be Faithful, Condom).

” Ditahan melakukan seks menyimpang, kedua, setia pada satu pasangan. Jadi jangan ganti-ganti pasangan sampai akhir hayat. Dan kalaupun tak tahan lagi gunakanlah alat pengaman. Mungkin dengan kita melakukan itu kita bisa mencegah AIDS pada diri kita,” tandasnya. (BM)

Tinggalkan Balasan